Teknik bermain keyboard
Teknik Bermain Keyboard
1. Posisi Bermain
Posisi
duduk pada saat bermain keyboard perlu diperhatikan. Posisi duduk
yang benar adalah selalu tegak. Sedangkan posisi yang salah dalam
bermain piano dapat mengakibatkan lekas capek dan berakhir dengan
permainan yang kurang bagus ......... perkecualian............
Gambar 7. Posisi duduk (sumber: Keyboard untuk Pemula Tubagus Heckman)
2. Posisi Tangan
Posisi tangan dalam bermain piano dengan menekuk sedikit jari-jari seolah sedang memegang bola. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 7. Posisi tangan (sumber: Keyboard untuk Pemula Tubagus Heckman)
3. Penjarian
Kode penjarian pada pembelajaran piano dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 9. Kode jari
Keterangan: (kode jari berlaku untuk jari tangan kanan maupun kiri)
- Kode angka 1 untuk ibu jari
- Kode angka 2 untuk telunjuk
- Kode angka 3 untuk jari tengah
- Kode angka 4 untuk jari manis
- Kode angka 5 untuk kelingking
4. Tangga Nada, Trinada, Arpeggio dan Progresi Akor (pembahasan lebih lanjut pada tulisan yang lain)
Surakarta - Perkembangan
seni tradisi mengalami hambatan
serius
dewasa ini. Secara perlahan, pelaku kesenian tradisi semakin langka
sehingga seni tradisi terancam punah.
Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Media dan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Harry Waluyo,
berpendapat, seni tradisi semakin ditinggalkan karena dianggap musyrik
dan bidah.
Sebab, seni tradisi biasanya berakar dari tradisi yang hidup di
masyarakat. "Dan dalam perkembangannya, seni tradisi sangat erat dengan
religi," ujarnya kepada wartawan seusai dialog seni tradisi di
Surakarta, Ahad, 9 Desember 2012.
Salah seorang pembicara, I Wayan Dibia, menilai seni tradisi
ditinggalkan karena sering dianggap kuno dan usang. "Padahal ada inovasi
dan kreasi baru dalam seni tradisi. Hanya tidak sedahsyat seni
kontemporer," katanya.
Dia mengatakan ada kesepakatan bahwa perubahan dalam seni tradisi tidak
bisa frontal. Sebab, perubahan itu harus bisa diterima masyarakat luas.
Harry mengatakan, apa pun yang terjadi, seni tradisi Indonesia harus
terus eksis. Salah satu caranya dengan memanfaatkan teknologi.
Nilai yang dikandung seni tradisi tetap dipertahankan, tetapi kemasannya
dibantu teknologi
agar lebih menarik. "Lalu sebisa mungkin memanfaatkan
ruang publik untuk mementaskan seni tradisi. Tidak hanya secara fisik,
tapi juga ruang publik di dunia maya," katanya.
Wayan Dibia menekankan perubahan cara pandang generasi muda terhadap
seni tradisi. Generasi muda harus ditanamkan bahwa jika ingin menjadi
orang modern, terlebih dahulu harus memperkuat seni tradisi.
Seni tradisi menjadi dasar dari pengembangan seni modern. "Kalau tidak
punya dasar, seni modern yang dihasilkan tidak punya identitas dan jati
diri," tutur Wayan Dibia, yang juga Rektor Institut Seni
Indonesia Denpasar.
Upaya tersebut bisa dimulai dengan memperbanyak penulisan tentang seni
tradisi. Jadi generasi muda sadar bahwa Indonesia adalah negara
adibudaya.
Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Juju Masunah, mengatakan, seni tradisi
dapat terus tumbuh karena sudah bertransformasi menjadi industri
kreatif.
Menurut dia, saat ini seniman seni tradisi memproduksi produk atau karya
untuk dijual ke wisatawan. "Akhirnya terjadilah perkawinan antara seni
tradisi dan ekonomi kreatif," katanya dalam kesempatan yang sama.
Untuk mengembangkan potensi seni daerah, pihaknya menyelenggarakan
pergelaran mahakarya seni tradisi di Institut Seni Indonesia Surakarta
pada Ahad malam ini.
Dalam pergelaran akan ditampilkan Tari Bedhaya Bedah Madiun dari Jawa
Tengah, Tari Srimpi Renggowati dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Tari
Piriang di Ateh Kato dari Padang, Tari Topeng Adiningrum dari Cirebon,
Tari Baris Gede dari Bali, dan Tari Pakarena dari Makassar.TEMPO.CO,
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQAHL4BURN-uu-TtZtF04VWmb94zqoAB4GTEaCjUrM2lOZP4ViGqDoQhyD2nHHIB083Ekq0UQZ0_jqtXCKPAyVTeN1ClrFZyW2JDcUcvQgAS0hnB_YeJfiApB2_NL3-d9RjwoZLS9HprOR/s200/wpe1A.gif)
Budaya
Nusa Tenggara Timur
Provinsi NTT kaya akan ragam budaya baik bahasa maupun suku bangsanya seperti tertera dalam di bawah ini:
Jumlah Bahasa Daerah
Jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau yang ada yaitu:
Pengguna Bahasa di Nusa Tenggara Timur
Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya
menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote,
Sabu, Tetun, Bural:
Alor dan pulau-pulau disekitarnya:
Bahasanya menggunakan Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola,
Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso
Flores dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan melayu,
Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga
Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo
Sumba dan
pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa,
Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi
Jumlah Suku /Etnis
Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah NTT, sebagai berikut:
Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang (Kec.Kupang Tengah dan Kupang Barat serta Semau)
Dawan: Sebagian wilayah Kupang (Kec. Amarasi, Amfoang, Kupang Timur,
Kupang Tengah, Kab timor Tengah selatan, Timor Tengah Utara, Belu (
bagian perbatasan dengan TTU)
Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan
Negara Timor Leste
Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan pulau
Semau
Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba
Sumba: Pulau Sumba
Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai
Barat
Ngada: Sebagian besar Kab Ngada
Ende Lio: Kabupaten Ende
Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka
Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan
sebagian Pulau Lomblen
Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen
Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen
Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar.
BUDAYA FLORES TIMUR
Flotim
merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan
kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut
Flores dan selatan, laut Sawu.
Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang digunakan bahasa suku Lamaholot.
Konsep
rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual
suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan
(wujud tertinggi yang mengciptakan dan yang empunya bumi).
Pelapisan
social masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk
pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala
sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul
suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku
Mehen.
Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya
sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang
dibantu suku Ketawo.
Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut:
Ola tugu,here happen, lLua watana,
Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,
Geleka lewo gewayan, toran murin laran.
Artinya:
Bekerja
di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di
gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi
kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.
BUDAYA SIKKA
Sikka
berbatasan sebelah utara dengan laut Flores, sebelah selatan dengan
Laut Sabu, dan sebelah timur dengan kabupaten Flores Timur, bagian barat
dengan kabupaten Ende. Luas wilayah kabupaten Sikka 1731,9 km2.
Ibu
kota Sikka ialah Maumere yang terletak menghadap ke pantai utara, laut
Flores. Konon nama Sikka berasal dari nama suatu tempat dikawasan
Indocina. Sikka dan dari sinilah kemungkinan bermula orang berimigrasi
kewilayah nusantara menuju ke timur dan menetap disebuah desa pantai
selatan yakni Sikka. Nama ini Kemudian menjadi pemukiman pertama
penduduk asli Sikka di kecamatan Lela sekarang. Turunan ini bakal
menjadi tuan tanah di wilayah ini.
Pelapisan sosial dari
masyarakat Sikka. Lapisan atas disebut sebagai Ine Gete Ama Gahar yang
terdiri para raja dan bangsawan. Tanda umum pelapisan itu di zaman
dahulu ialah memiliki warisan pemerintahan tradisional kemasyarakatan,
di samping pemilikan harta warisa keluarga maupun nenek moyangnya.
Lapisan kedua ialah Ata Rinung dengan ciri pelapisan melaksanakan fungsi
bantuan terhadap para bangsawan dan melanjutkan semua amanat terhadap
masyarakat biasa/orang kebanyakan umumnya yang dikenal sebagai lapisan
ketiga yakni Mepu atau Maha.
Secara umum masyarakat kabupaten
Sikka terinci atas beberapa nama suku; (1) ata Sikka, (2) ata Krowe, (3)
ata Tana ai, desamping itu dikenal juga suku-suku pendatang yaitu: (4)
ata Goan, (5) ata Lua, (6) ata Lio, (7) ata Ende, (8) ata Sina, (9) ata
Sabu/Rote, (10) ata Bura.
Mata pencaharian masyarakat Sikka
umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb: Bulan Wulan Waran -
More Duru (Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun, menanam,
menyusul di bulan Bleke Gete-Bleke Doi - Kowo (Januari, Pebuari, Maret)
masa untuk menyiangi kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan
Balu Goit - Balu Epan - Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan
menanam palawija /kacang-kacangan. Sedangkan pada akhir kelender kerja
pertanian yaitu bulan Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus -
September).
BUDAYA ENDE
Batas-batas wilayahnya yang
membentang dari pantai utara ke selatan itu adalah dibagian timur dengan
kabupaten Sikka, bagian barat dengan kabupaten Ngada, utara dengan laut
Flores, selatan dengan laut Sabu. Luas kabupaten Ende 2046,6 km2, iklim
daerah ini pada umumnya tropis dengan curah hujan rata-rata 6096
mm/tahun dengan rata rata jumlah hari hujan terbanyak pada bulan
November s/d Januari.
Daerah yang paling terbanyak mendapat hujan
adalah wilayah tengah seperti kawasan gunung Kalimutu, Detusoko,
Welamosa yang berkisar antara 1700 mm s/d 4000 mm/tahun.
Nama
Ende sendiri konon
ada yang menyebutkannya sebagai Endeh, Nusa Ende,
atau dalam literatur kuno menyebut Inde atau Ynde. Ada dugaan yang kuat
bahwa nama itu mungkin sekali diberikan sekitar abad ke 14 pada waktu
orang-orang maleyu memperdagangkan tenunan besar nan mahal yakni Tjindai
sejenis sarung patola dalam pelayaran perdagangan mereka ke Ende.
Ende/Lio
sering disebut dalam satu kesatuan nama yang tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian sikap ego dalam menyebutkan diri sendiri seperti : Jao
Ata Ende atau Aku ata Lio dapat menunjukan sebenarnya ada batas-batas
yang jelas antara ciri khas kedua sebutan itu.
Meskipun secara
administrasi masyarakat yang disebut Ende/Lio bermukim dalam batas yang
jelas seperti tersebut di atas tetapi dalam kenyataan wilayah kebudayaan
(tereitorial kultur) nampaknya lebih luas Lio dari pada Ende.
Pola
pemukiman masyarakat baik di Ende maupun Lio umumnya pada mula dari
keluarga batih/inti baba (bapak), ine (mama) dan ana (anak-anak)
kemudian diperluas sesudah menikah maka anak laki-laki tetap bermukim di
rumah induk ataupun sekitar rumah induk. Rumah sendiri umumnya secara
tradisional terbuat dari bambu beratap daun rumbia maupun alang-alang.
Lapisan bangsawan masyarakat Lio disebut Mosalaki ria bewa, lapisan bansawan menengah disebut Mosalaki puu dan Tuke
sani
untuk masyarakat biasa. Sedangkan masyarakat Ende bangsawan disebut Ata
NggaE, turunan raja Ata Nggae Mere, lapisan menegah disebut Ata Hoo dan
budak dati Ata Hoo disebut Hoo Tai Manu.
BUDAYA NGADA
Ngada
merupakan kabupaten yang terletak diantara kabupaten Ende (di timur) dan
Manggarai (di barat). Bajawa ibu kotanya terletak di atas bukit
kira-kira 1000 meter di atas permukaan laut. Masyarakat ini dikenal
empat kesatuan adat (kelompok etnis) yang memiliki pelbagai tanda-tanda
kesatuan yang berbeda.
Kesatuan adat tersebut adalah : (1)
Nagekeo, (2) Ngada, (3) Riung, (4) Soa. Masing-masing kesatuan adat
mempertahankan ciri kekrabatannya dengan mendukung semacam tanda
kesatuan mereka.
Arti keluarga kekrabatan dalam masyarakat Ngada
umumnya selain terdekat dalam bentuk keluarga inti Sao maka keluarga
yang lebih luas satu simbol dalam pemersatu
(satu Peo, satu Ngadhu,
dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu. Contoh
setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada
kepala suku, terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai
sebuah rumah pokok (rumah adat) dengan seorang yang mengepalai bagian
pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.
Rumah tradisional disebut juga
Sao, bahan rumah terbuat seperti di Ende/Lio (dinding atap, dan lantai
/panggungnya). Secara tradisional rumah adat ditandai dengan Weti
(ukiran). Ukiran terdiri dari tingkatan-tingkatan misalnya Keka, Sao
Keka, Sao Lipi Wisu, Sao Dawu Ngongo, Sao Weti Sagere, Sao Rika Rapo,
Sao Lia Roda.
Pelapisan sosial teratas disebut Ata Gae, lapisan
menengah disebut Gae Kisa, dan pelapisan terbawah disebut Ata Hoo.
Sumber lain menyebutkan pelapisan sosial biasa dibagi atas tiga, Gae
(bangsawan), Gae Kisa = kuju, dan golongan rendah (budak). Ada pula yang
membagi atas empat strata, Gae (bangsawan pertama), Pati (bangsawan
kedua) Baja (bangsawan ketiga), dan Bheku (bangsawan keempat).
Para
istri dari setiap pelapisan terutama pelapisan atas dan menengah
disebut saja Inegae/Finegae dengan tugas utama menjadi kepala rumah yang
memutuskan segala sesuatu di rumah mulai pemasukan dan pengeluaran.
Masyarakat
Nagekeo pendukung kebudayaan Paruwitu (kebudayaan berburu), masyarakat
Soa pendukung Reba (kebudayaan tahun baru, pesta panen), Pendukung
kebudayaan bertani dalam arti yang lebih luas ialah Ngadhu/Peo, terjadi
pada sebagian kesatuan adat Nagekeo, Riung, Soa dan Ngada.
BUDAYA MANGGARAI
Manggarai
terletak di ujung barat pulau Flores, berbatasan sebelah timur dengan
kabupaten Ngada, barat dengan Sealat sapepulau Sumbawa/kabupaten Bima,
utara dengan laut Flores dan selatan dengan laut Sabu.
Luas
wilayah 7136,14 km2, wilayah ini dapat dikatakan paling subur di NTT.
Areal pertanian amat luas dan subur, perkebunan kopi yang membentang
disebahagian wilayahnya, curah hujan yang tinggi yaitu dalam setahun
mencapai 27,574 mm, sepertiga dari jumlah itu (lebih dari 7000mm) turun
pada bulan Januari.
Ibu kota Manggarai terletak kira-kira 1200 meter di atas permukaan laut, di bawa kaki gunung Pocoranaka
Pembentukan
keluarga batih terdiri dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak
Kilo. Perluasan Cak Kilo membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang
Panga dan klen besar Wau.
Beberapa istilah yang dikenal dalam
sistim kekrabatan antara lain Wae Tua (turunan dari kakak), Wae Koe
(turunan dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina (turunan
keluarga saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang
(saudara perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak
dari bapak), Ende Koe (adik dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema
(bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase (adik), Nana (saudara lelaki),
dan Enu (saudara wanita atau istri).
Strata masyarakat Manggarai
terdiri atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng (Raja/bangsawan),
kelas kedua Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge
(rakyat jelata).
Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang
tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang
bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini
merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara
golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu
terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan
berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat
dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat
kelahirannya.
Bagai disergap kesunyian saat tari Bedhaya Diradameto membuka
pertunjukan malam itu.
Bedhaya Diradameto merupakan tari yang sudah berusia hampir 100 tahun,
bagian dari seni tari Keraton Mangkunegaran Surakarta, dan tidak pernah
dipentaskan ke hadapan publik sebelumnya. Tariannya mengisahkan
pertempuran penuh keberanian Pangeran Sambernyawa dengan tentara VOC di
Sitakepyak, selatan Rembang.
Selain itu ada pula koreografer Belanda, Gerard Mosterd, ikut
mementaskan karyanya dalam libreto berjudul L'Historie du Soldat, yang
dibawakan secara jenaka. Melibatkan penari Eko Supriyanto, Martinus
Miroto, Sri Qadariatin, dan narator Jamaluddin Latif.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYhEo4vrX2kBNMaLjW2WCGItqQTJ0PKpWH6ATtfov64xNbJzCRF3LRs8XXa3hhCGWTAERZoyWmONZk13uuo6I51SIDS9Itvf6Kp-CDrmEkeNZ2NiKyQRK1oUqGcXChgsHGMoUsKfGkGpIZ/s200/indonesian-dance-festival-festival-tari-berskala-internasional.jpg)
Indonesia
Dance Festival (IDF)
memasuki tahun penyelenggaraan kesebelas. Sebagai sebuah festival tari
berskala internasional, IDF hendak merangkul masyarakat tari Indonesia,
baik penari tradisional maupun kontemporer.
Tahun ini yang diusung adalah Indonesia Menari. Selama sembilan hari ke
depan IDF akan mementaskan karya para penata tari yang antara lain asal
Indonesia, Jepang, Korea, Jerman, Aljazair, Taiwan, Finlandia, Inggris,
Perancis, Tunisia, Belgia, dan Kamboja.
Gelaran pentas direncanakan setiap hari di berbagai tempat yang berbeda,
yakni Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, dan Institut
Kesenian Jakarta. Sementara sejumlah acara dalam rangka IDF telah
digelar sejak bulan Februari lalu. Rangkaian kegiatan itu seperti
seminar tari, lomba tari, dan bengkel kerja koreografi.
Gerakan Indonesia Menari ini diusung oleh Djarum Apresiasi Budaya,
Indonesian Dance Festival (IDF), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI
Jakarta, serta Ikatan Abang None Jakarta (IANTA). Tujuannya untuk
menarik masyarakat Indonesia kembali mencintai budaya tari yang hampir
dilupakan oleh masyarakat.
"Menari adalah pesan yang ingin disampaikan sepanjang rangkaian acara
ini. Sebab tarian selalu identik dengan kegembiraan, keluwesan, dan
harmonisasi. Menari sama seperti mengajak semua warga untuk kreatif
membangun bangsa karena keluwesan tak hanya diciptakan oleh gerakan
tubuh
tapi juga pola pikir," tutur Maria Darmaningsih, Direktur IDF.
Ia menambahkan, tarian mengasah kepekaan insan dalam merayakan
kehidupan. Bila rasa peka itu hilang, kita juga kehilangan empati kepada
lingkungan sekitar kita.
(Gloria Samantha. Sumber: Kompas)
Pertandingan Pencak Silat
Organisasi Pertandingan Pencak Silat
Ketentuan gelanggang dan susunan pelaksanaan pertandingan pencak silat adalah sebagai berikut.
a. Gelanggang Pertandingan
Gelanggang dapat di lantai atau di panggung dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 cm, permukaan rata
dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin,
berukuran 9 ×9 meter. Berikut adalah ketentuan gelanggang pertandingan.
1) Bidang gelanggang berbentuk persegi (bujur sangkar) dengan ukuran 7 ×7 m.
2) Bidang laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang.
3) Batas gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar
5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada
tengahtengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m
selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
4) Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah
lingkaran selebar 5 cm, yang sejajar dengan sisi persegi dan berwarna
kontras dengan permukaan gelanggang.
5) Sudut pesilat adalah
ruang pada sudut persegi yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran
bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiscI72MJ1LWmJDBBoPFdSYLIvmVCo6dKQk4ZkBQsHHxFA8pFgQuNiQQglzOa5xWB_lHCnw4BK0BcU668w09_QWn5bSaA1o-QBUkwmOg0tf7lQlIujUteaRjcCjBrTDeBM3eDKT8C_177o/s1600/fullbook_penjas_SMA_3_img_142.jpg)
Pertandingan pencak silat
Sumber: www.cikgunizam.com, 10 Februari 2009
b. Perlengkapan Gelanggang
Beberapa perlengkapan yang harus tersedia di dekat gelanggang pertandingan, antara lain sebagai berikut.
1) Ember, gelas, kain pel, dan kesed dari ijuk.
2) Jam pertandingan/game match.
3) Gong atau alat yang berfungsi sama.
4) Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/ babak.
5) Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang.
6) Perlengkapan lainlain.
7) Formulir pertandingan.
c. Perlengkapan Pertandingan
Berikut
adalah perlengkapan yang disediakan oleh panitia pertandingan untuk
digunakan oleh para pesilat saat bertanding. Perlengkapan tersebut
berfungsi sebagai pelindung. Perlengkapan tersebut antara lain.
1) Pakaian pertandingan, pakaian pencak silat berwarna hitam
2) Pelindung badan (body protector)
3) Pelindung kemaluan
Perlengkapan pencak silat Susunan pelaksanaan teknis pertandingan pencak silat, adalah sebagai berikut.
1) Ketua pelaksana yang dibantu oleh:
a) sekretaris pertandingan dan pembantupembantunya;
b) pengamat waktu dan pembantupembantunya;
c) pengatur babak;
d) pengatur gelanggang.
2) Tim dokter pertandingan dan tim kesehatan
3) Dewan wasit juri
4) Dewan hakim. Dewan hakim merupakan badan panitia yang mempunyai
keputusan tertinggi jika terjadi masalah pada suatu pertandingan.
Keterangan: 1. Ketua pertandingan 10. Sudut merah
2. Sekretaris pertandingan 11. Sudut biru
3. Dokter pertandingan 12. Lampu menang
4. Pengamat waktu 13. Lampu babak
5. Juri teknik 14. Gong
6. Dewan hakim
7. Dewan pendekar
8. Wasitjuri
9. Pembantu-pembantu